Komunikasi Antarpribadi

 Komunikasi Antarpribadi


Definisi dan Tujuan

     Menurut Joseph Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book (Devito, 1989:4), komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (the process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group persons, with some effect and some immediate feedback). Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang (Wiryanto, 2004).

     Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya. (Mulyana, 2000).

     Beberapa definisi lain:

  • Evert M Rogers dalam Depari, komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut dengan interaksi tatap muka antara beberapa orang pribadi.
  • Dean Barnulus (Liliweri, 1991:12) yang mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi dihubungkan dengan pertemuan antara dua individu, tiga individu ataupun lebih yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur.
  • Onong U Effendy (Effendy, 1993:61) mengutarakan komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara dua orang dimana kontak langsung terjadi dalam bentuk percakapan, bisa langsung berhadapan muka (face to face) atau bisa melalui media seperti telepon.

     Tujuan dari komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut (Wiryanto, 2004):

  1. Mengenal diri sendiri dan orang lain Komunikasi antarpribadi memberikan kita kesempatan untuk memperbincangkan diri kita sendiri, belajar bagaimana dan sejauh mana terbuka pada orang lain serta mengetahui nilai, sikap dan perilaku orang lain sehingga kita dapat menanggapi dan memprediksi tindakan orang lain.
  2. Mengetahui dunia luar Komunikasi antarpribadi memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita baik objek, kejadian dan orang lain. Nilai, sikap, keyakinan dan perilaku kita banyak dipengaruhi dari komunikasi antarpribadi.
  3. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna Komunikasi antarpribadi yang kita lakukan banyak bertujuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang baik dengan orang lain. Hubungan tersebut membangtu mengurangi kesepian dan ketegangan serta membuat kita lebih positif tentang diri kita sendiri.
  4. Mengubah sikap dan perilaku banyak waktu yang kita pergunakan untuk mengubah atau mempersuasi orang lain melalui komunikasi antarpribadi.
  5. Bermain dan mencari hiburan, kejadian lucu merupakan kegiatan untuk memperoleh hiburan. Hal ini bisa memberi suasana yang lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan, dan sebagainya.
  6. Membantu orang lain.

     Komunikasi antarpribadi sering disebut dengan dyadic communication maksudnya yaitu "Komunikasi antara dua orang", dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini bisa berlangsung secara berhadapan muka (face to face) ataupun bisa juga melalui media seperti telepon. Ciri khas dari komunikasi antarpribadi adalah sifatnya yang dua arah atau timbal balik (two ways communication). Namun, komunikasi antarpribadi melalui tatap muka mempunyai satu keuntungan dimana melibatkan perilaku nonverbal, ekspresi wajah, jarak fisik, perilaku paralinguistik yang sangat menentukan jarak sosial dan keakraban (Liliweri, 1991:67).

     Ciri-ciri dari Komunikasi antarpribadi yang efektif dalam buku komunikasi antarpribadi, Liliweri mengutip pendapat Joseph A Devito mengenai komunikasi antarpribadi yang efektif, yaitu:

  1. Keterbukaan (Openes)
  2. Empati (Empathy)
  3. Dukungan (Supportiviness)
  4. Rasa Positif (Positiviness)
  5. Kesetaraan (Equality)

Keterbukaan (Openes)

     Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. Kualitas keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari Komunikasi Interpersonal.

  • Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepasa komunikannya. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin menarik, tetapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut dan wajar.
  • Aspek kedua, mengacu pada kesediaan komunikator untuk berekasi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan komunikasi yang menjemukan. Bila ingin komunikan bereaksi terhadap apa yang komunikator ucapkan, komunikator dapat memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain.
  • Aspek ketiga, menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran dimana komunikator mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang diungkapkannya adalah miliknya dan ia bertanggung jawab atasnya.

Empati (Empathy)

     Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Berbeda dengan simpati yang artinya adalah merasakan bagi orang lain. Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang sehingga dapat mengkomunikasikan empati, baik secara verbal maupun non-verbal.

Dukungan (Supportiviness)

     Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung. Individu memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategik.

Rasa Positif (Positiveness)

     Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

Kesetaraan (Equality)

     Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belaah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada individu lain. (Liliweri, 1991:13). Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Proses saling mempengaruhi ini merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antarmanusia yang memiliki suatu pribadi.

     Kesamaan dan ketidaksamaan derajat antara komunikator dan komunikan dalam proses komunikasi, memunculkan istilah homophily dan heterophily sehingga bisa memperjelas hubungan antara komunikator dengan komunikan dalam proses komunikasi antarpribadi.

  • Homophily adalah sebuah istilah dimana orang-orang yang berinteraksi memiliki kesamaan sifat dan atribut diantara mereka seperti nilai, pendidikan dan status.
  • Heterophily didefinisikan sebagai derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi yang berada pada dalam sifat-sifat tertentu.
     David Berlo (1997:172) mengembangkan konsep empati menjadi Teori Komunikasi. Empati tingkat ketergantungan komunikasi adalah:
  • Peserta komunikasi memilih pasangan sesuai dirinya.
  • Tanggapan yang diharapkan berupa umpan balik.
  • Individu mempunyai kemampuan untuk menanggapi, mengantisipasi bagaimana merespon informasi serta mengembangkan harapan-harapan tingkah laku partisipan komunikasi.
  • Terjadi pergantian peran untuk mencapai kesamaan pengalaman dalam perilaku empati.
     Tahapan proses empati:
  • Kelayakan (decentering), bagaimana individu memusatkan perhatian kepada orang lain dan mempertimbangkan apa yang dipikirkan dan dikatakan orang lain tersebut
  • Pengambilan peran (role taking), mengidentifikasikan orang lain ke dalam dirinya menyentuh kesadaran diri melalui orang lain.
     Tingkatan dalam pengambilan peran:
  • Tingkatan budaya (cultural level), mendasarkan keseluruhan karakteristik dari norma dan nilai masyarakat.
  • Tingkatan sosiologis (sociological level), mendasarkan pada asumsi sebagian kelompok budaya.
  • Tingkata psikologis (psychological level), mendasarkan pada apa yang dialami oleh individu.

Empati Komunikasi (Empathic Communication)

     Empati komunikasi meliputi penyampaian perasaan, kejadian, persepsi atau proses yang menyatakan tidak langsung perubahan sikap/perilaku penerima.


Proses-Proses Komunikasi Interpersonal

     Komunikasi interpersonal yang tersusun dari banyak proses yang saling terkait terdiri dari produksi pesan, pengolahan pesan, koordinasi interaksi, dan persepsi sosial. Produksi pesan adalah proses menghasilkan perilaku verbal dan nonverbal yang dimaksudkan untuk menyampaikan sesuatu keadaan batin kepada orang lain guna mencapai tujuan sosial. Pengelolah pesan (terkadang disebut "penerima pesan" atau "menguraikan sandi pesan") meliputi menginterpretasi perilaku komunikatif orang lain dalam upaya untuk memahami makna perilaku dan impikasi-impikasi perilaku mereka. Koordinasi interaksi adalah proses menyelaraskan aktivitas produksi pesan dan pengelolah pesan (juga dengan perilaku-perilaku lainnya) sepanjang berlangsungnya sebuah episode sosial sehingga menghasilkan pertukaran yang lancar dan koheren. Terakhir, persepsi sosial, termasuk menyalami diri kita sendiri, orang lain, hubungan sosial, dan pranata sosial.

     Pengertian proses dapat diartikan sebagai rangkaian atau peristiwa yang sedang berlangsung untuk mencapai suatu hasil tertentu. Proses komunikasi itu sendiri merupakan rangkaian kegiatan atau peristiwa ketika pesan mulai disampaikan sendiri sampai terjadinya tindakan sebagai pengaruh dari pesan itu atau tidaknya perubahan pada sasaran.

Komunikasi Verbal

     Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan suatu kata atau lebih. Bahasa juga dapat dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana dalam Darsun H, 2012:10). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk menkobinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas (Darsun Hidayat, 2012).

     Jalaludin Rahmat (dalam Darsun H, 2012:10), mendefinisikan secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan diantara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat diubah menurut peraturan tata bahasa.

     Komunikasi verbal mencakup aspek-aspek berupa:

  1. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata)
  2. Racing (kecepatan)
  3. Intonasi Suara
  4. Humor
  5. Singkat dan Jelas
  6. Timing (waktu yang tepat)

Komunikasi Nonverbal

     Komunikasi nonverbal menurut Mark L Knapp adalah istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis (Mulyana, 2009:347).

     Hudjana (2003:26) mendefinisikan komunikasi nonverbal sebagai penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, sikap, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak, dan sentuhan. Lebih jauh, bahasa nonverbal tanpa kita sadari akan menggambarkan karakter kita secara kasat mata. Lewat perilaku nonverbalnya, kita dapat mengetahui suasana emosional seseorang, kesan awal kita pada seseorang sering didasarkan perilaku nonverbalnya, yang mendorong kita untuk mengenalnya lebih jauh. Meskipun berbeda, namun ada keterkaitan yang erat antara bahasa verbal yang digunakan oleh suatu masyarakat dengan bahasa nonverbalnya. Ada dugaan bahwa bahasa nonverbal sebangun dengan bahasa verbalnya. Artinya, pada dasarnya suatu kelompok yang punya bahasa verbal yang khas juga dilengkapi dengan bahasa nonverbal khas yang sejajar dengan bahasa verbal tersebut.


Daftar Pustaka:

Budyatna, M & LM, Ganiem, 2011. Teori Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta: Prenada Media Group.

Mulyana, Deddy, 2010. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Liliweri, Alo, 1997. Komunikasi Antarpribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Littlejohn, Stephen W Littlejohn & Karen A Foss, 2009. Teori Komunikasi, Theories of Human Communication, Edisi 9. Jakarta: Salemba Humanika.

L Tubbs, Stewart & Moss, Sylvia, 2008. Human Communication: Prinsip-Prinsip Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

TERIMA KASIH


Postingan populer dari blog ini

Pengaruh Media Sosial pada Pengguna terhadap Kesehatan Mental Remaja

Beberapa Alasan Service Handphone Memakan Waktu Lama